Metode-metode dalam Psikologi
Tokoh detektif hercule poirot
karya Agatha Christie senantiasa membanggakan keberhasilannya. Yang ia tekankan
adalah penggunaan sel-sel kelabiu (pikiran) dan untuk itu diperlukan metode.
Demikian juga dengan psikologi. Selayaknya ilmu pengetahuan, terdapat
metode-metode dalam penelitiannya sehingga dapat diterapkan pada kehidupan.
Beberapa metode dalam psikologi akan diterangkan berikut ini.
Metode Eksperimental
Cara ini dilakukan biasanya di
dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai eksperimen. Satu hal yang penting
di sini adalah bahwa orang yang melakasanakan eksperimen (eksperimenter)
tersebuat harus dapat menguasai situasi, yang berarti bahwa peneliti harus
dapat menimbulkan atau menghilangkan berbagai macam situasi sesuai dengan
kehendaknya. Hal ini dikarenakan metode ini hendak menemukan prinsip-prinsip
yang bekerja dalam tingkah laku atau hendak mengungkapkan hubungan sebab akibat
(Turner dan Helms, 1995; Feldman, 2003).
Dengan menimbulkan atau meniadakan situasi-situasi
tertentu, maka peneliti dapat melihat reaksi-reaksi tertentu pula dari orang
yang sedang diperiksa. Dengan kata lain, situasi dalam eksperimen sengaja
dibuat.
Metode penelitian pada umumnya
dimulai dengan hipotesis, yakni prediksi/peramalan, percabangan dari teori,
diuraikan dan dirumuskan sehingga bisa diujicobakan. Proses eksperimen dimulai
dengan pembagian kelompok. Pertama,
kelompok yang tidak mengalami perlakukan khusus. Kelompok ini selanjutnya
disebut sebagai kelompok kontrol. Kelompok lainnya menerima perlakuan khusus.
Kelompok ini yang kemudian disebut sebagai kelompok eksperimen. Adapun yang
dilakukan terhadap kelompok eksperimen adalah perlakukan yang secara khusus
dibuat untuk menghasilkan situasi yang diinginkan.
Yang perlu diingat dari metode
ini adalah prinsip dasarnya yang memanipulasi kondisi dan manusia dilihat dari
organism yang sama (tidak ada perbedaan individual). Dengan demikian, metode
ini hanya mencari hukum-hukum saja mengenai berbagai tingkah laku dan kurang
memerhatikan perbedaan-perbedaan individual.
Observasi Alamiah
Dalam
metode eksperimen di atas, jelas bahwa peneliti punya kontrol sepenuhnya
terhadap jalannya eksperimen. Ialah yang menentikan akan melakukan apa pada
orang atau hewan yang ditelitinya, kapan akan dilakukan, seberapa sering, dan
sebagainya.
Tidak demikian halnya dengan
observasi alamiah. Dalam observasi alamiah tidak ditimbulkan situasi-situasi
dengan sengaja. Disini hanya dilakukan pengamatan terhadap situasi yang sudah
ada, situasi yang terjadi secara spontan (tidak terstruktur) (Turner dan Helms,
1995), tidak dibuat-buat dan karenanya dapat disebut sebagai situasi yang
sesuai dengan kehendak alam, yang alamiah. Hasil pengamatan ini kemudian
dicatat dengan teliti untuk kemudian diambil kesimpulan-kesimpulan umum maupun
kesimpulan khusus (individual) (Bachtiar,1977). Misalnya, pada sekelompol
pengunjuk rasa bisa diamati siapa yang menjadi pimpinannya dan dikenali
bagaimana pola/cara dia mendorong/memberikan semangat kepada kelompoknya. Pada
saatnya, hasil pengamatan ini bisa digunakan untuk menyusun langkah-langkah
untuk mengantisipasi atau mencegah pemimpin itu melaksakan niatnya,
Observasi alamiah ini dapat
diterapkan pula pada berbagai gejala tingkah laku lain, misalnya tingkah laku
orang-orang di toko serba aada, tingkah laku pengendara-pengendara kendaraan
bermotor di jalan raya, tingkah laku anak yang sedang bermain atau perilaku
orang dalam bencana alam.
Sejarah Kehidupan
Sejarah hidup
seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk mengetahui “jiwa”
orang yang bersangkutan. Misalnya, dari cerita ibunya, seorang anak yang tidak
naik kelas mungkin diketahui bahwa ia bukannya kurang pandai, tetapi minatnya
sejak kecil memang di bidang musik sehingga ia tidak cukup serius untuk mengikuti
pendidikan di sekolah. Contoh lain, riwayat hidup calon pegawai sering
digunakan oleh petugas SDM (Sumber Daya Manusia) untuk menilai apakah ia
seorang yang tekun, rajin, mau belajar atau tudak serius sehingga bisa diterima
sebagai pegawai atau tidak.
Sejarah kehidupan ini dapat
disusun melalui dua cara, yaitu:
a. Pembuatan buku harian. Mulai suatu saat
tertentu orang yang diperiksa disuruh menulis buku harian untuk beberapa lama
dan sewaktu-waktu diperiksa untuk diadakan penilaian.
b. Rekontruksi biografi. Cara ini lebih
sering dilakukan. Pertama-tama, dikumpulan data mengenai riwayat hidup orang
yang akan diperiksa. Data inilah yang kemudian disusun kembali menjadi
biografi. Data sejarah hidup itu bisa didapatkan melalui:
1) wawancara dengan orang yang
bersangkutan sendiri (autoanamnesis) atau
2) wawancara dengan orang lain yang
kenal dengan orang yang diperiksa, misalnya orang tuanya, saudara-saudaranya,
kawan-kawannya, kepala kantornya dan sebagainya (alloa anamnesis).
Beberapa
contoh adalah autobiografi Soekarno, Hatta, dan sebagainya.
Wawancara
Metode
ini awalnya cukup sederhana. Wawancara adalah Tanya jawab antara si pemeriksa
dan orang yang diperiksa (klien untuk psikolog klinik, responden atau narasumber
untuk peneliti, atau calon pegawai bagi psikolog perusahaan). Maksudnya adalah
agat orang yang diperiksa itu mengemukakan isi hatinya, pandangan-pandangannya,
pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga pewawancara dapat menggali
semua informasi yang diperlukan. Pada kasus penelian kualitatif, wawancara
menhadi alat bantu dan metode observasi (Koentjaraningrat, 1977). Wawancara
yang baik memerlukan latihan yang banyak karena tidak mudah untuk membuka pintu
hati seseorang dalam waktu singkat yang tersedia.
Ada beberapa teknik wawancara,
yaitu:
a. Wawancara bebas, pertanyaan dan jawaban
diberikan sebebas-bebasnya oleh pewawancara maupun yang diwawancara. Teknik in
idigunakan dalam psikoterapi dan dikenal dengan nama asosiasi bebas (free association), yang diperkenalkan
oleh tokoh psikoloanalisis Sigmund Freud.
b. Wawancara terarah, dalam hal ini sudah
ada beberapa pokok yang harus diikuti pewawancara dalam mengadakan wawancara.
c. Wawancara terbuka,
pertanyaan-pertanyaan sudah ditentukan sebelumnya, tetapi jawaban dapat
diberikan bebas, tidak terikat.
d. Wawancara tertutup,
pertanyaan-pertanyaan sudah ditentukan sebelumnya dan kemungkinan-kemungkinan
jawaban juga sudah disediakan sehingga orang yang diperiksa tinggal memilih
antara kemungkinan-kemungkinan jawaban itu misalnya antara “ya” atau “tidak”
atau antara “sangat setuju,” “setuju,” dan “tidak setuju.”
Angket
Angket adalah
wawancara tertulis. Pertanyaan sudah disusun secara tertulis dalam lembar-lembar
pertanyaan. Orang yang akan diperiksa tinggal membaca pertanyaan-pertanyaan itu
dan memberi jawaban-jawaban secara tertulis pula pada kolom-kolom yang sudah
disediakan, jawaban-jawaban itu selanjutnya akan dianalisis untuk mengetahui
hal-hal yang sedang diselidiki (Soemadrjan, 1977; Turner dan Helms, 1995).
Seperti halnya dalam wawancara,
angket pun terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang terbuka dan tetutup. Dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan yang tertutup, termasuk angket khusus yang disebut
skala sikap, yaitu yang isinya adalah pertanyaan-pertanyaan tentang suatu hal
tertentu dan orang yang sedang diteliti (responden) diminta menyatakan sikapnya
(sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju) terhadap masing-masing
pertanyaan tersebut.
Keuntungan angket adalah daya
sebarnya yang luas kepada masyarakat. Angket yang dalam menanganinya tak perlu
pengamat sebanyak pengisi angket sehingga waktu pengumpulan data menjadi
singkat (Soemardjan, 1977).
Kelemahan angket adalah bahwa
alat ini tidak mampu untuk melihat ekspresi-ekspresi wajah, gerak, perasaan,
dan lain-lain dan data yang digali pun sangat terbatas. Sebaliknya, angket
berdaya jangkau luas dan tidak memerlukan keahlian khusus untuk mengumpulkan
datanya. Angket juga mudah dikumpulkan dalam jumlah besar, wilayah yang luas,
dan dalam tempo yang tidak terlampau lama. Dengan demikian, untuk survei-survei
yang membutuhkan data dari sejumlah besar orang, biasanya digunakan angket.
Pemeriksaan Psikologis
Secara
popular metode ini dikenal dengan nama “psikotes.” Metode ini menggunakan
alat-alat psikodiagnostik tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahli
yang benar-benar terlatih. Alat-alat itu dipergunakan untuk mengukur dan
mengetahui taraf kecerdasan, arah minat, sikap, struktur keperibadian dan
lain-lain dari orang yang mau diperiksa itu.
Keuntungan metode ini adalah
bahwa waktu yang relatif sangat singkat dapat dikumpulkan banyak data mengenai
diri seseorang, termasuk juga data yang tidak diketahui melalui metode-metode
lainnya. Keuntungan lainnya adalah bahwa metode ini dapat dilaksanakan secara massal
sehingga dapat diperiksa banyak orang sekaligus, bahkan jika diperlukan dapat
dilakukan melalui telepon atau internet. Kelemahan metode ini adalah tidak
dapat dipergunakan secara luas karena hanya dapat dilakukan oleh orang yang
terlatih.
Metode pemeriksaan psikologis
lain yang bersifat individual juga ada. Salah satu yang terkenal adalah tes
proyektif kepribadian, yakni seseorang diperlihatkan stimuli ambigu dan ia
diminta untuk menceritakannya. Respons itulah yang kemudian disebuat sebagai
proyeksi tentang dirinya (Danandjaja, 1988; Feldman, 2003). Salah satu alat
ukut tes proyeksi ini adalah tes Rorschach. Tes ini dikembangkan oleh Herman
Rorshach (1924), psikiater asal Swiss.
Referensi:
Sarwono, Sarlito W. (2009). Pengantar psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar